Juli 19, 2008

Fenomena penyiar

Apakah Anda tidak merasakan bahwa penyiar-penyiar tahun 2000-an keatas sebenarnya "kalah" dibandingkan saat kita bersiaran pada tahun 80-an atau 90-an? Menurut saya fenomena penyiar masa kini hanya mengandalkan "kegaulan" atau "kengocolan"nya saja. Sehingga tren keliru juga muncul dikalangan penyiar tersebut, misalnya penyiar yang lelaki merasa nyaman jika dirinya bisa menjadi "liberal", lalu terang-terangan menunjukkan sikap ke-gay-annya atau ke-bencong-annya. Begitu juga dengan penyiar perempuannya, mereka kudu "liberal" sambil menunjukkan dirinya bahwa dia sanggup lebih parah dibandingkan kenakalan seorang lelaki, (misalnya dengan bangga mereka menyatakan; "emangnya cowok doank yang bisa selingkuh, kita yang cewek juga jago lagi...") waduuuh!?
Saya rasa penyiar-penyiar seperti itu bakal "ngos-ngosan berat" untuk bisa mencapai penghasilan sebesar2 juta rupiah saja sebulannya. Kalau pun ada yang beruntung bisa tampil di media lain seperti tv misalnya, paling-paling itu hanya 1 diantara 100 orang, dan saya perkirakan umur karirnya juga tidak akan panjang!! Mengapa...???

Sebab mereka yang masuk digolongan seperti itu:

1. Tidak atau kurang memiliki mentalitas yang teruji.
2. Tidak atau kurang mencintai, atau menggilai profesinya dengan kesungguhan hati
(Numpang kondang & iseng2 berhadiah).
3. Tidak atau kurang memiliki totalitas dalam pencapaian keberhasilannya sebagai
Broadcaster sejati.
4. Tidak atau kurang melakukan pembelajaran, pembelajaran, dan pembelajaran.

Sebab mereka sebenarnya adalah:

1. Tidak menguasai prinsip dasar serta pemahaman sesungguhnya seorang Radio DJ;
a. teknik vokal (diafragma, intonasi, artikulasi, diksi, vokalisasi, frasering,
dll).
b. adlib (baik konsep, penulisan, hingga feel dalam menyampaikannya).
c. wawasan dan pengetahuan umum yang sangat terbatas.
d. standard single operating (chop mix hingga penguasaan mikrophon).
2. Tidak punya kemampuan untuk mem-program atau bahkan mem-produksi acara-acara
di radio.
3. Tidak punya kreatifitas dan cenderung menjadi bunglon atau plagiat (dia pikir dia
sudah gaul dan sudah keren?!).
4. Tidak peka terhadap berbagai gejala yang sebenarnya menghantam keberadaan profesi ataupun harga dirinya.
5. Mohon maaf, sebenarnya mereka tidak punya bakat apalagi air personality!?

Apabila Anda kurang percaya, cobalah uji keberadaan mereka melalui beberapa pertanyaan (tidak terlalu serius) dibawah ini:

1. Dulu gimmana sih kamu bisa sampai tertarik pengen jadi penyiar? Maka biasanya
mereka akan menjawab;
a. ya asik aja ngeliatnya...
b. setiap orang di telpon selalu bilang suara gue bagus...
c. soalnya dari dulu gue emang doyan ngobrol...
d. gue pengen ngetop...
e. siapa tau aja bisa jadi batu loncatan...
f dan kata-kata sejenis lainnya yang mengindikasi bahwa dia sebenarnya
kurang yakin!
2. Kalo sekarang misalnya kamu mesti menggantikan posisi saya sebagai Station
Manager, gimana? Maka jawaban mereka;
a. gila aja, ya nggak mungkin lah...
b. becanda, mau sih tapi belum saatnya kali...?
c. pastinya donk...(sebuah jawaban yang seolah-olah PD, namun pantaulah
gossip selanjutnya setelah pertanyaan Anda tersebut berlalu beberapa
waktu kemudian.
d. siiip, beres, dan jawaban sejenis lainnya yang mengira Anda sedang
bercanda...
3. Atau cobalah tanyakan pendapat mereka mengenai "mana yang lebih "bagus" antara
radio kita dengan radio-radiolainnya", maka;
a. ya bagusan radio kita lah...
b. mereka banyak yang ngikutin kayak kita lagi...
c. radio itu bagus sih, yang itu juga lumayan, tapi buat gue sih radio kita
yang paling oke...
d. serta jawaban-jawaban bersifat subjektif lainnya...


Jika perkiraan saya benar, mungkin inilah salah satu penyebabnya mengapa banyak sta-ra yang berkondisi (maaf) "hidup segan mati tak mau". Padahal menurut saya penyiar itu bukan hanya sekadar "ujung tombak" dari sta-ra, melainkan, mungkin mereka dapat dikondisikan sebagai "nyawa" bagi sebuah radio. Alasannya apabila pendengar dianggap cuma ingin sekadar mendengar lagu-lagu kesenangan pribadi, bukankah dengan mudah mereka dapat menyusun lagu pilihan tersebut melalui i-pod-nya, atau mini mp4 playernya, atau mengkompilasinya sendiri dan dibakar melalui komputer.

Jadi yang saya maksud dengan "nyawa" ataupun keunikan dari setiap sta-ra, memang sangat bergantung kepada peranan penyiar profesional-nya. Mereka dapat membawa misi untuk kesuksesan diri serta perusahaannya, dan bertindak selaku trendsetter atau panutan bagi setiap kebutuhan publisitas. Apalagi tentu Anda sudah tahu bahwa fenomena beriklan (Advertising) bagi produk baru saat kini dapat dikatakan sama sekali tidak efektif. Hal ini disebabkan karena sesungguhnya produk-produk baru harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu melalui kehebatan kreatifitas yang dihasilkan oleh Marketing PR ("publiKASI yang bertugas menyulut kobaran api"). Barulah setelah itu orang-orang Periklanan dapat melanjutkan keberhasilan Marketing PR untuk mengipasi kobaran api yang sudah menyala itu agar tidak padam.

Buktikanlah pernyataan ini melalui kiat Advertising sewaktu mereka diminta untuk memproduksi iklan televisi. Meskipun produk-produk yang dipromosikan sebenarnya sudah cukup dikenal masyarakat luas (apinya sudah berkobar), tapi mengapa kreatifitas mereka tetap saja menggunakan jasa model seperti Dian Sastro, Nicholas Saputra, Komeng, Aming, dll untuk produksi iklannya. Jawabannya sederhana saja, PUBLISITAS! Produk-produk tersebut numpang beken lewat popularitas orang-orang top tersebut, dan berharap produknya juga bisa ikut terangkat. Kedengarannya mungkin sudah menarik dan masuk di akal?! Namun masalahnya apakah kreatifitas yang membutuhkan budget produksi hingga air time selangit seperti itu memang sudah benar-benar efektif??? Marilah kita tanyakan kepada diri kita masing-masing, kapankah waktu kita untuk menyaksikan siaran televisi!? Mungkin rata-rata menjawab antara jam 5 s/d 7 pagi karena selanjutnya mereka harus siap-siap berangkat beraktifitas. Atau mungkin juga antara jam 8 s/d 10 malam sebelum tidur. Atau banyak juga yang menyatakan tidak punya waktu sama sekali untuk menyaksikan siaran televisi. Sekarang coba kita pikirkan dan bandingkan kemungkinan orang-orang tadi berkesempatan untuk mendengarkan pengudaraan siaran radio yang dikelola dengan TEPAT sesuai keistimewaan media radio itu sendiri.

http://icjbroadcasting.multiply.com/recipes/item/2





0 komentar:

 

Free Blog Templates

Powered By Blogger

Easy Blog Trick

Powered By Blogger

Blog Tutorial

Powered By Blogger

© 3 Columns Newspaper Copyright by komtemplasi dalam simple concept | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks